Skip to main content

Semarak Festival Drumblek di Kampung Ragam Warna

Lukis Payung di Kampung Raga Warna

Kampung Ragam Warna memiliki acara tahunan yang pastinya sangat sayang untuk dilewatkan. Itulah dia, Festival Drumblek.
Pada tahun 2019 ini, festival yang penuh warna ini diselenggarakan selama dua hari, yakni Sabtu-Minggu (26-27/10) lalu.

Sederetan acara menarik pun dipersiapkan untuk memeriahkan gelaran festival.

Di antaranya yaitu lomba lukis payung yang bisa diikuti oleh siapa pun dari semua kalangan dan usia, pertunjukan seni musik rebana yang diiringi dengan tarian sufi, tampilan tari tradisional khas Ragam 

Warna, pageralaran seni musik dari pemuda Ragam Warna, serta tentu saja lomba drumblek. 

Tarian Sufi
Tarian Sufi
Selain itu, festival yang disponsori utama oleh Pasific Paint itu juga menyelenggarakan kompetisi foto, blog dan vlog tingkat nasional dengan menawarkan total hadiah sebesar 46 juta rupiah.

Dengan hadiah yang menggiurkan tersebut, tidak heran jika ratusan fotografer, blogger dan vlogger berdatangan dari segala penjuru barat, timur, utara dan juga selatan dari wilayah Indonesia.

Direktur Pasific Paint Indonesia Suryanto Tjokrosantoso mengatakan bahwa ada perubahan besar dari festival tahun 2018 lalu.

Rebana Lokal
Rebana Lokal

Saat ini, Kampung Ragam Warna tampak lebih bersih, lebih berwarna dan lebih semarak. Ia juga terkesan karena berkat festival tersebut, Suryanto jadi bisa bertemu dengan petinggi desa dari Kabupaten Kudus maupun Lurah dari Tangerang, karena memang acaranya yang digelar dalam skala nasional. 

Sementara itu, Konseptor Ragam Warna yang biasa disapa Pak Yogi menuturkan bahwa pihaknya amat berterima kasih pada Pasific Paint sebagai sponsor utama dan pihak-pihak lain yang mendukung jalannya festival.

Konseptor tersebut juga menambahkan bahwa berkat adanya dukungan tersebut, beberapa anak dari Kampung Ragam Warna bisa terbang ke Moskow untuk mengikuti festival budaya skala Internasional.

Kampung Ragam Warna
Kampung Ragam Warna

Pihaknya pun berharap supaya ke depannya acara festival di Kampung Ragam Warna bisa jadi lebih berkembang.

Comments

Popular posts from this blog

12 Puisi Terpuitis Penuh Makna Sepanjang Masa

Merangkai kata-kata indah nan syahdu memang amat menyenangkan bagi sebagian orang. Namun beberapa di antara kalian pastinya juga akan sangat kesulitan jika kurang terbiasa merangkai kata-kata, terutama dalam bentuk puisi. Bagi kalian yang lagi belajar, yuk simak puisi-puisi berikut ini ya: 🎆 Gelonggong Jati  Thriller di antara semburat lampu kota Matanya,  sayup-sayup menerobos  Sesosok tajam tertangkap sebilah matanya  Menyorot ke dalam matanya, bertanya  Tabir tersingkap di antara remang-remang  Bulu, kandang sapi dan kerbau  Riup gelap dalam setengah kabut, meradang  Pesing menancap, menyelusuri dinding  Menerobos penciumannya, bertanya  Kemukus kayu jati di antara bebisikan  Selontaran gelonggongan tak bernama  Pekat, sejauh galah yang tak terlihat  Suara datang kemudian bergerak cepat  Siapa di sana!  🎆  Politik Sayur-Mayur  Nyi Entik memutar otak,  meronta menyelenjarkan kaki  Di ujung...

Haiss!

#minicerpen "Apa ini waktunya, di mana seorang wanita yang tidak memiliki kecantikan fisik, hanya dijadikan bahan lelucon, meski hatinya baik? Dan para lelaki berbondong-bondong mengejar cinta wanita bergaun seksi meski ia tahu bahwa tak ada sopan santun di perilakunya..." "Kamu itu bodoh!" Rani menyibakkan jilbab yang menutupi wajah, memutarkannya melilit di kepala, lalu menancapkan jarum di ujung sana. "Bodoh sekali!" imbuhnya. "Itu kenyataannya," ujarku dengan wajah layu. "Kenapa lelaki murahan seperti itu sampai bisa mempengaruhi kepercayaandirimu seperti ini, hah!" "Itu kenyataannya," ulangku. "Apa cuma gara-gara Rino mutusin kamu tanpa alasan jelas, terus jadi gini?" "Alasannya jelas Rani! Dia punya pacar yang lebih cantik dari pada aku!" "Dan kamu menangisi lelaki seperti itu?" "Aku nangis bukan karena itu. Tapi...ini karena aku tidak cantik. Kenapa aku tidak bisa cantik? Jika ...

Puja Mandala, Wajah Toleransi Umat Beragama di Bali

Puja Mandala Toleransi umat beragama di Indonesia memang sudah tidak diragukan lagi. Termasuk juga yang ada di Pulau Bali. Hal itu tercermin dalam satu kawasan wisata religi yakni di Puja Mandala Di Puja Mandala ini ada lima tempat peribadatan untuk enam agama yang diakui di Indonesia. Kenapa lima tempat ibadah untuk enam agama? Karena Puja Mandala ini sudah lebih dahulu dibangun sebelum agama Kong Hu Chu diakui di Indonesia. Jadi, Puja Mandala dibangun tahun 1994, sedangkan agama Kong Hu Chu diakui di Indonesia sejak masa kepresidenan Abdurrahman Wahid yakni antara tahun 2000-2001 (silahkan komen jika aku salah ya). Jadi, ya begitulah gaes. Sudah terlanjur dibangun lima tempat ibadah ya. Pura Jagatnatha Oke, kita mulai yang pertama. Ini ada Pura Jagatnatha. Di pintu masuk pura, ada keterangan bahwa yang akan beribadah diwajibkan mengenakan pakaian yang layak, sopan serta dilarang pakai rok pendek ya untuk perempuan. Selain itu, juga dilarang pecicilan dengan menaiki atau memanjat semu...