Buat kamu yang masih bingung apa itu esay, aku kasih informasi ya. Esai adalah pendapat yang dijabarkan dalam bentuk yang lugas, bahasa yang lebih ringan.
Berbanding dengan Opini, kalau Opini itu lebih baku bahasanya.
Menulis Esai lebih seperti membaca cerita namun di situ benar-benar fakta dan juga ada argumen atau pendapat yang disertai dengan kajian ilmiah yang valid.
Dilansir dari laman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan bahwa esai merupakan karangan prosa yang membahas suatu masalah sepintas lalu dari sudut pandang penulis pribadinya.
Bisa disimpulkan bahwa esai itu sama juga dengan karangan yang berisi pendapat seseorang, yang ditulis dengan kata-kata yang santai namun di situ tetap ada fakta serta data yang bisa dipertanggungjawabkan.
Nah, untuk lebih jelasnya, yuk baca contoh esai berikut ini:
Persepsi Jihad Fi Sabilillah
Oleh: Sofi Muhammad
Dalam ranah keagamaan, jihad selalu identik dengan segala tindakan yang bertujuan fi sabilillah yakni memperjuangkan kebenaran agama di jalan Allah. Caranya bisa melalui berbagai macam. Bisa melalui jalan halus yakni dengan ceramah kegamaan atau da’wah. Tapi, bisa juga melalui jalan kekerasan sebagaimana yang juga pernah dilakukan Rasulullah dulu; perang.
Sayangnya, para pelaku teror tak menilik lebih dalam sebab-musabab sehingga Rasul melakukan jalan kekerasan itu. Yang ada, mereka hanya menelan mentah-mentah bahwa cara tercepat menumpas keburukan adalah melalui jalan kekerasan saja.
Padahal, jelas Rasul menunjukkan alternatif yang lebih harus didahulukan sebelum pada akhirnya melakukan alternatif jihad yang terakhir itu. Di antaranya yaitu melalui da’wah, atau pemberian peringatan terlebih dahulu. Kalau pun pada akhirnya setelah diberitahu tetap tak berubah, maka ya sudah. Sebagai manusia, kita hanya berkewajiban berda’wah, tidak berkewajiban memaksakan keputusan karena pada dasarnya, tak pernah ada paksaan dalam memeluk Islam.
Sebenarnya, banyak cara untuk berjihad. Sayangnya, cara-cara yang mudah dan efisien ini sering kali terlupakan bagi para pelaku penyelewengan jihad. Pembantaian kafir zimmi jelas tak berkesesuaian dengan Islam . Ketika di masa pemerintahannya, Rasul pun tak pernah menyakiti para kafir selama mereka tidak mengganggu peribadatan kaum muslim.
Rahmatan Lil Alamin
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, pemberi kebaikan bagi seluruh alam. Namun, sering kali terjadi penyelewengan persepsi yang disalahartikan bagi sebagian golongan dengan mengatas namakan Islam. Melakukan pengeboman, pembantaian secara massal dengan dalih jihad yang fi sabilillah. Jelaslah bahwa di sini ada kekontrasan.
Padahal jika hendak berjuang, sebenarnya tak perlu jauh ke mana-mana. Setiap orang mampu berjuang menurut ranah kesanggupannya, keahliannya masing-masing. Sebagaimana seorang dokter yang berjihad dengan sepenuh hati berusaha menyembuhkan orang sakit. Seorang guru juga mampu berjihad dengan berusaha sekuat mungkin mencerdaskan muridnya. Begitu pula dengan para siswa yang memiliki jalan jihadnya yakni dengan belajar.
Masing-masing manusia memiliki jalan jihadnya. Pedagang, berjihad dengan berjualan secara jujur, petani dengan menggarap sawah sebaik mungkin, pelajar belajar, wartawan dengan cara memberitakan segalanya secara akurat dan seimbang, serta presiden yang juga harus berjihad dengan cara menjadi pemimpin yang amanah.
Di sini, bisa ditarik kesimpulan bahwa jihad bisa diasumsikan sebagai perjuangan sebagaimana mestinya manusia itu bertindak. Sedang golongan yang bertindak di luar keahliannya, di luar yang semestinya, bisa jadi bukan lagi jihad melainkan tindakan bodoh; mengacaukan segala aturan yang akan menimbulkan kemudhorotan besar.
Semisal seorang guru yang nekat melakukan pekerjaan dokter. Bukannya membantu malah bisa jadi membuat pasien kejang-kejang lantaran salah memberikan obat. Maka, jihad dalam tindakan ekstrim pun juga dibutuhkan pelaku jihad yang ahli di bidangnya, semacam polisi atau tentara, misalnya. Namun, tetap harus terlebih dahulu melihat sebab sebelum memutuskan memberlakukan tindakan ekstrim tersebut. Toh, ada aturan resmi yang telah disepakati secara internasional mengenai hal ini. Dan, agama pun juga mengakui.
Pada dasarnya, semua profesi telah Allah taruh dalam ranah jihad yang bervariasi. Semuanya memiliki porsi jihad yang berbeda antara satu dengan yang lain. Namun, tidak semua profesi bisa dikatakan sebagai jalur jihad, tentu saja.
Seperti misalnya saat seseorang mengaku bahwa ia berprofesi sebagai pencuri tentu tak bisa dikatakan berjihad karena itu tidak fi sabilillah dan rahmatan lil alamin. Sama halnya dengan profesi teroris yang jelas hanya rahmatan bagi diri sendiri dan golongan, bukan untuk seluruh alam.
Sofi Muhammad
Aktif di LPM Vokal,
Universitas PGRI Semarang
Comments
Post a Comment