Ketika aku mulai mencintai seseorang dengan cara berlebih-lebihan, maka Allah pasti akan mengambilnya. Bukan karena semata-mata Ia cemburu, sebab aku mencintai makhluknya sedemikian rupa. Tapi, bisa jadi karena Ia ingin menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini berada di bawah kendali-Nya.
Dan daun pun berguguran, kuabaikan
Memandang ke mega, terasa hampa
Rintik hujan menyapa, dingin tiada terasa
Lebih beku jiwa yang merana
Sejak masa puber, mungkin kita semua udah kenalan tuh dengan yang namanya patah hati. Sakit. Jelas banget kan ya. Tak jenak tidur, tak enak makan. Adakah yang lebih menyesakkan dari pada itu?
Banyak.
Tapi, ketika sedang dilanda patah hati, segala keresahan yang ada di sekitar pun jadi tak begitu terasa. Tugas sekolah, besok ujian, tagihan hutang, sampai jadwal mencuci pakaian. Semuanya minta diabaikan.
Duh, patah hati. Kapankah engkau pergi?
Jatuh cinta, entah itu yang pertama atau ke sekian kalinya, memang begitu indah dirasa. Tiada waktu tanpa memikirkan si dia yang entah sedang ngapain aja. Melamun, berhayal, dan tentu saja berharap agar bisa terus berdekatan dengannya di mana pun berada.
Sayangnya, selang beberapa waktu, kemudian kita tahu bahwa dia tidak lagi sendiri. Kemudian, langit bumi serasa runtuh, menghantam. Tiba-tiba serasa sunyi, sepi, walau di tengah kerumunan ribuan orang sekalipun. Benar-benar sudah tidak ada harapan.
Nggak hanya yang lagi PDKT gaes. Yang sudah memiliki ikatan resmi pun juga banyak kok yang patah hati. Misalnya nih, ada teman-teman kita yang sepertinya bikin iri banget saat pacaran. Tampak mesra jalan berdua, makan berdua, sampai-sampai tiap buka dinding media sosial, yang muncul pun foto-foto mereka berdua yang sedang selfie-selfie ria. Bikin iri banget deh pokoknya.
Tapi, di balik itu semua, tiba-tiba terdengar kabar yang tidak mengenakkan bagi mereka, tapi tidak begitu-begitu banget bagi kita. Alhamdulillah ya, akhirnya mereka putus juga. Haha.
Yah, patah hati emang bisa dialami oleh siapa aja gaes. Aku, kamu, dia, dan juga anak jenderal sekalipun.
Ketika kamu merasa sudah tidak ada yang bisa diharapkan dari hubunganmu dengan kekasih yang kau idamkan, maka saat itulah kau sedang patah hati. Atau, saat kamu masih sangat berharap sedangkan dia sudah nggak sama sekali, itu artinya kamu sedang patah hati pula.
Siapa sih yang mau begitu? Jelas tidak ada. Yang diharapkan tentu saja bisa baik-baik saja bersama dengannya, sampai akhir hayat, kayak di film-film drama gitu deh. Tetapi, apalah daya. Semua tak seperti yang diprediksi sebelumnya.
Apalagi, jika posisinya adalah kamu yang dipatahin; diputusin, ditinggalin, diabaiin. Pasti tambah nyesek lagi deh, terutama jika kamu sebetulnya sayang banget sama dia. Kamu merasa sudah berusaha tampil sempurna di matanya, tapi tetap saja si dia nggak kasih respon positif untuk tetap mempertahankanmu. Atau, jika posisinya kalian belum ada ikatan, ya minimal dia sama sekali nggak kasih sinyal untuk menginginkanmu. Cuek dianya.
Kemudian, kamu mulai minder. Merasa buruk. Dan tidak layak untuk dicintai. Duh, bisa bahaya tuh jika sudah krisis kepercayaan diri. Parahnya lagi, kalau sudah minder berat, terus bunuh diri. Jlep. Naudzubillah min dzalik banget ya gaes.
Salah satu bad effect jika nggak percaya diri adalah, kamu akan mudah saja menyerahkan dirimu pada seseorang yang tidak begitu berkualitas, sebab kamu menganggap dirimu sangat tidak pantas.
Jika sedang patah hati, bersabarlah, kawan. Sesungguhnya, dalam kesedihan maupun kebahagiaan itu ada kasih sayang yang berlimpah dari Allah. Dari situlah Allah hendak menguji kamu, sayang. Seberapakah besarnya cintamu pada Allah. Apakah kamu lebih mencintai dunia ataukah lebih sayang dengan Sang Maha Pemilik dunia ini.
Jika lebih cinta pada Allah, tentu saja kepatahhatian akibat dikecewakan oleh atribut duniawi, tidak akan terlalu berat bagimu. Sebab, kamu telah paham jika kehilangan kasih sayang Allah lah yang lebih menakutkan dari pada kehilangan apa pun yang ada di dunia ini.
Sedih, gembira, itu sudah menjadi makanan kita sehari-hari. Cuma, lauknya aja yang beda-beda. Kadang, kita cocok dan kadang pula tidak nafsu makan begitu melihatnya. Tapi, tetep harus makan juga kan? Emangnya mau nyiksa diri sendiri dengan tidak makan?!
Nah, begitu juga dalam kehidupan gaes. Jatuh cinta yang amat menggembirakan, atau patah hati yang amat menyesakkan, itu sama-sama harus kita jalani. Kalau bahasa islaminya tuh harus istiqomah gaes. Susah atau pun senang, kita tetap harus hidup. Percaya deh, Allah tahu kok kebutuhan kita untuk menjadi tumbuh lebih dewasa itu apa saja.
Istiqomah. Itulah yang diharapkan Allah pada semua hamba-Nya.
Definisi Istiqomah
Itu tuh sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al Kahfi ayat 7 gaes, yang berbunyi:
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.”
Jadi, kepatahhatian apa pun yang terjadi sama kamu, anggap saja sebagai penimbang kadar keimanan kamu. Mungkin, saat kamu kehilangan seseorang yang amat kamu sayangi, itu sebagai pertanda bahwa Allah hendak menegurmu yang selama ini telah mengabaikannya.
Iya nggak sih?
Kan kalo lagi merasa jatuh cinta sama seseorang, kita tuh sering malas beribadah. Malas baca Al Qur’an, tapi semangat banget baca inbokan. Malas solat malam, tapi semangat banget buat telponan di waktu luang. Bahkan, yang aslinya nggak luang pun diluang-luangin demi dia seorang.
Iya nggak sih?
Nah, kalo begitu kan Allah merasa diabaikan.
Sebab itulah sayang. Dari kepatahhatian kamu, di dalamnya tuh mungkin saja ada peringatan dari Tuhanmu Yang Maha Penyayang, agar kamu jangan sampai lupa menyayangi-Nya juga. Harus adil deh ya.
Comments
Post a Comment