#minicerpen
"Jadi, sekarang dia sudah bercerai?" Tian bertanya padaku.
"Iyah," jawabku singkat dengan pandangan kosong.
"Terus, apa maksudmu curhat gini ke aku?" sahabatku itu tampak marah, "kamu masih berharap balikan sama dia?"
"Ya nggak mungkin lah. Itu kan sudah lama sekali," jawabku. "Tapi, anaknya lagi lucu-lucunya."
"Bagus. Ternyata kamu masih suka ngintip medsosnya!"
Tian tampaknya makin marah tapi aku nggak peduli. Pikiranku ini, maksudku perasaanku, entah kenapa ...
"Ingat Rin, ingat-ingat apa yang sudah dia lakuin ke kamu. Dia bukan cowok yang baik. Apa yang kamu harapkan dari dia? Bahkan, istrinya pun meninggalkannya kan?"
Aku memandang sejenak ke Tian. Dia memang benar. Tapi, terkadang perasaan ini sangat rumit. Aku nggak bisa menguasainya. Aku masih memikkannya. Dan luka itu seperti sembuh dengan sendirinya.
Tiga tahun lalu, saat dia meninggalkanku karena ada wanita lain di hatinya...
Apa perasaan ini salah?
Ah, tidak! Aku benci dengan perasaan ini. Suatu hari jika pun aku menikah dengannya, bagaimana jika dia tetap tidak berhenti menjadi binatang jalang?!
Jika tak pikirkan dirimu, setidaknya pikirkanlah anak-anakmu kelak. Apa kamu yakin bisa bertahan hidup dengan lelaki yang seperti itu? Lelaki yang wanitanya ada di mana-mana.
Tapi, bagaimana jika perceraian itu membuatnya belajar mendewasa? Bagaimana jika ia bisa menjadi lelaki yang baik?
Sekilas, kulihat pesan-pesannya di inbok. Hah, aku bahkan serasa seperti nostalgia. Em, maksudku nostalgila. Kurasa, aku benar-benar sudah gila. Tergila-gila padanya.
Apa dia benar-benar akan tetap bermulut manis seperti sebelum-sebelumnya? Atau...aku harus bagaimana?
"Berdo'alah Rin," Tian masih juga nggak bosan menasehatiku. "Minta kejelasan sama Allah. Jika dia memang baik untukmu, berdo'alah supaya kalian bisa bersama. Tapi jika tidak, anggap saja itu sebagai ujian kesabaran buatmu. Mantapkanlah niatmu untuk menikah. Kamu bukan anak-anak lagi, yang hanya peduli tentang perasaan!"
Tian benar.
"Insyaallah. Semoga ini segera jelas."
"Aamiin."
Comments
Post a Comment