#minicerpen
"Mau ikut minum?" tanya Nico.
"Terima kasih deh," jawabku.
"Kenapa? Haram?"
"Bukan itu," balasku. "Aku cuma mau menggunakan hak ku untuk memilih jenis minuman apa yang aku sukai. Kita hidup di negara merdeka kan?!"
"Hah."
Nico menuangkan minuman itu ke gelasnya. Selanjutnya, aku hanya memperhatikannya tanpa melakukan hal apa pun.
Jika kuperhatikan, anak Tante Mirna ini sebetulnya cukup tampan. Hidungnya mancung dan cukup tinggi. Tapi, sepertinya dia tipe cowok yang tidak ingin dikendalikan.
"Hey, sepertinya kamu penasaran dengan rasanya. Cobalah sedikit."
"Jika sikapmu itu hanya ingin buat aku ilfeel. Maka lanjutkanlah. Aku juga tidak tertarik padamu. Setidaknya, aku punya alasan untuk menolak perjodohan ini."
"Hah? Terus, kenapa kamu mau kencan denganku?"
"Ini cuma buat nyenengin mamahmu. Dia kan langganan di butik mamahku."
"Oh. Jadi, ini semacam trik marketing kah?"
"Setidaknya, trik marketingku bukan modus penipuan," jawabku santai. "Kamu keberatan? Oke. Aku bisa pulang sekarang."
"Hey, aku cuma bercanda," jawabnya. "Aku bosan minum sendirian. Jadi, di sinilah sampai...em, kalau aku mabuk, apa kau akan meninggalkanku di sini dan membawa kabur mobilku?"
Kuperhatikan wajah innocentnya. "Kamu pikir, aku bakalan lari ke mana?"
"Hmm. Oke. Kalau begitu aku tenang sekarang. Jadi...em, apa kamu bosan? Em...kamu bisa main hape atau biasanya cewek kan suka browsing baju-baju yang lagi ngehits gitu...jadi, lakukanlah oke."
"Aku pingin nonton film. Kalau kamu masih betah di sini, aku akan nonton sendiri. Tenang saja. Aku tidak akan ngadu ke mamahmu. Aku juga bisa pulang sendiri naik taksi," ujarku.
Baru selangkah aku hendak meninggalkannya, dia mengikutiku. "Bukankah kita sedang berkencan?" tanyanya.
"Iya."
"Terus, kenapa sendiri-sendiri?"
"Karena kesukaan kita beda. Apa kamu mau berkorban meninggalkan hobimu itu untuk menemaniku nonton? Tidak kan? Aku bisa menghargai perbedaan hobi dan semacamnya. Tadi aku sudah menemanimu minum. Apa kamu juga bisa melakukan hal yang sama?"
"Aku gak terbiasa nonton."
"Aku juga tidak terbiasa minum. Mabuk. Tapi, kau tahu arah perjodohan ini kan? Jika hanya aku saja yang harus berkorban untuk membahagiakanmu, maka sebaiknya kita akhiri saja ."
Dia tampak berpikir. Atau ngantuk? Ah, raut muka macam apa itu.
"Baiklah. Ayo kita nonton."
Aku reflek tersenyum. "Kamu yakin? Film drama loh. Kalau kamu bosan gimana?" tantangku.
"Kalau bosan ya aku nonton film koleksiku di hp. Bagus-bagus. Kamu mau nonton bareng?"
"Haha. Dasar otak mesum!"
Biar pun begitu, entah kenapa aku tidak takut sedikit pun dengan cowok itu. Sejauh ini, sepertinya, dia hanya berusaha tampak nakal di mataku. Entah apa tujuannya.
"Hey, aku penasaran tentang sesuatu."
"Apa?" tanyaku.
"Apa kamu masih virgin?"
Ah. Aku nggak menyangka dia bakalan bertanya seperti itu di kencan pertama kami.
"Menurutmu?"
Dia menggeleng. "Aku sering salah menebak. Di antara teman-temanku...pokoknya sering salah."
"Apa itu...tentang virginity, penting buatmu?"
"Iya," jawabnya tegas. "Aku memang suka minum. Tapi aku tidak suka main perempuan."
"Bagus lah."
"Kamu belum jawab pertanyaanku."
Kulihat sorot matanya yang setajam elang.
"Tenang saja. Aku ini sudah berusaha tampil seksi tapi tetap tidak laku-laku," jawabku sekenanya.
"Haha...kasian banget. Tapi masa sih? Kamu cukup cantik."
"Iya. Aku memang cukup cantik. Berarti matamu paling normal di antara cowok-cowok yang aku kenal."
"Haha..ayo nonton," Nico begitu saja merangkulkan lengannya ke bahuku. Dan aku hanya bisa membiarkannya.
😂👆👌
Comments
Post a Comment