"Terkadang aku berpikir, akulah yang menyebabkan retaknya hubungan kalian. Hingga kamu dan Rista akhirnya putus," ujarku ke Dion.
"Justru aku berterimakasih. Kamu udah kasih tau aku tentang perselingkuhan itu," jawabnya enteng.
"Tapi Rista itu temanku. Dia sudah percaya, dia curhat ke aku semuanya. Tapi dasar mulutku ini nggak bisa direm."
"Kamu yakin, dia cerita semuanya? Hah, aku aja dibohongin. Masa kamu seyakin itu bahwa dia bisa seratus persen jujur ke kamu. Yang benar saja. Kamu itu terlalu polos. Gampang dikibulin," Dion meledekku.
Kuperhatikan saja tanpa membantah. Jujur saja, itu adalah perjumpaan pertama kami. Dulu kami memang sering inbokan saat dia masih berada di luar kota.
Tapi, komunikasi kami terputus sejak dia putus dengan Rista. Dan sekarang, kami bertemu secara tidak sengaja di taman kota ini.
Samar-samar, aku mengenali wajahnya hanya dari foto profil facebook. Begitu pula dengannya. Dan perjumpaan pertama kami ini begitu saja terjadi dan ribuan kata meluncur dengan begitu ringannya.
"Oh iya. Gimana kamu sama pacarmu?" dia bertanya.
"Haha...udah putus lama banget."
"Lha...kok bisa?"
"Entahlah. Mungkin ini laknat kali ya. Habis kalian putus, aku juga putus. Dia suka sama cewek lain."
"Haha, laknat. Kamu ini ada-ada aja deh," ujarnya sambil mengaduk-aduk es degan yang ada di hadapannya.
"Iya kan aku yang menyebabkan kalian putus. Ini hukuman buat aku. Aku pantas mendapatkannya."
"Ya udah deh. Lupain. Itu kan masa lalu. Lagian, dia sekarang udah bahagia kan sama suaminya."
"Hmm...tapi aku tetep ngerasa bersalah. Kasian kamu toh."
"Haha...tenang saja. Aku kan cowok. Ntar juga dapat ganti. Toh ya cowok ganteng kayak aku gini kan gampang dapet cewek. Tinggal kamu itu sekarang yang kasian. Wkwkwk," dia minum es degan lagi.
"Huft jahatnya."
"Tapi bener kan? Wkwkwk..."
"Iya, iya..."
"Tuh diminum dulu es degannya. Kamu kan paling suka es degan kan?"
"Kok kamu tahu sih? Cieee perhatian
:D
:p."
"Iya," wajahnya berubah serius.
"Iya?"
"Iya. Aku emang perhatian. Dulu, aku terus baca komen-komenmu. Kadang-kadang, aku pake akun palsu. Kamu nggak tau kan?"
"Nggak tau."
"Tuh kan, kamu polos banget jawabnya. Bahaya tauk. Cewek kayak kamu itu mudah banget diakalin."
"Biarin. Kayak kamu pinter aja. Buktinya, kamu juga dibohongin Rista tapi nggak tau."
"Malah bahas itu lagi."
"Salahmu sendiri kan."
"Kamu mau pesen apa lagi? Aku deh yang traktir."
"Hehe "
"Besok gantian tapi."
"Hu uh. "
"Mukanya biasa aja. Nggak usah dijelek-jelekin gitu."
"Aaarrggg "
"Minggu besok acara ke mana?"
"Nggak ke mana-mana. Cieee...yang mau ngajakin kencan," sindirku.
"Lha mau nggak kencan sama aku?"
"Masa aku harus kencan sama mantan pacarnya temenku sih. Apa kata dunia?"
"Emangnya dunia mikirin nasib jomblomu yang akut itu, hah?"
"Ih, jahat banget bicaranya."
"Mau apa nggak jadinya? Nanti aku berubah pikiran loh."
Aku berpikir sejenak. Betul juga apa kata dia. Sejak putus dari mantanku, aku susah banget dapat cowok yang baik. Setidak-tidaknya, sedikit banyak aku udah kenal Dion dan segala kehidupannya. Sejauh ini dia baik dan tampak jujur. Meski sedikit nakal sih. Tapi, masih wajar juga. Yang penting kan setia. Aaakkkhhhh...pikiranku sudah jauh banget. Oke. Dibuat santai saja dulu.
"Mau apa nggak?" dia mengulanginya lagi.
"Iya deh. Mau."
Comments
Post a Comment