#minicerpen
"Apa ini waktunya, di mana seorang wanita yang tidak memiliki kecantikan fisik, hanya dijadikan bahan lelucon, meski hatinya baik? Dan para lelaki berbondong-bondong mengejar cinta wanita bergaun seksi meski ia tahu bahwa tak ada sopan santun di perilakunya..."
"Kamu itu bodoh!" Rani menyibakkan jilbab yang menutupi wajah, memutarkannya melilit di kepala, lalu menancapkan jarum di ujung sana. "Bodoh sekali!" imbuhnya.
"Itu kenyataannya," ujarku dengan wajah layu.
"Kenapa lelaki murahan seperti itu sampai bisa mempengaruhi kepercayaandirimu seperti ini, hah!"
"Itu kenyataannya," ulangku.
"Apa cuma gara-gara Rino mutusin kamu tanpa alasan jelas, terus jadi gini?"
"Alasannya jelas Rani! Dia punya pacar yang lebih cantik dari pada aku!"
"Dan kamu menangisi lelaki seperti itu?"
"Aku nangis bukan karena itu. Tapi...ini karena aku tidak cantik. Kenapa aku tidak bisa cantik? Jika aku lebih cantik dari dia, pasti sekarang Rino ada bersamaku."
Rani memelukku. Dan air mataku mengucur begitu saja.
"Tenang sayang. Kamu pasti bisa dapat lelaki yang lebih baik..."
"Yang lebih baik pasti juga mencari yang lebih cantik," bantahku. "Kamu tahu kan Rani. Wanita itu sering berkata kotor, pakaiannya juga sangat ...
...tapi Rino bisa menerima dia apa adanya karena dia cantik. Sedangkan aku, aku sekali saja buat kesalahan, bahkan itu pun aku nggak sengaja, tapi dia langsung ninggalin aku."
"Kamu tahu, banyak orang di luar sana yang bisa mendapatkan cinta sejatinya meski fisiknya ngga sempurna. Dan tidak jarang, artis-artis yang cantik pun juga dipermainkan oleh suaminya.
Anggap saja ini pelajaran. Agar kelak kamu lebih berhati-hati lagi dalam memilih pasangan hidup. Orang lain hanyalah media Tuhan untuk menguji hamba-Nya. Tetaplah bersyukur. Hidupmu terlalu sayang jika kau habiskan waktu untuk meratap."
"Hhm."
"Mendingan minggu depan kita piknik. Siapa tahu seruuuu 😄😵😵😴😍😮😱😅"
"Ok deh."
Comments
Post a Comment