#minicerpen
Aku terus berpikir apa sebab kamu tidak bisa mencintaiku. Sepanjang hari bahkan saat pertama kali membuka mata di pagi hari, aku terus memikirkan itu. Terkadang, pemikiran ini bahkan sampai pada di titik di mana aku tidak bisa lagi berpikir sama sekali.
Pagi yang cerah, seharusnya. Iya. Seharusnya.
Kususuri setapak demi setapak jalur ini. Melihat sekeliling, di antara rerimbunan bunga flamboyan dan pohon beringin yang rapat daunnya.
Dulu, di taman kota, kita sering menghabiskan waktu bersama. Mencicipi ice cream dan berbincang di sepanjang jalan. Berfoto selfie, dan saling berkomentar tentang kostum yang kita kenakan.
Apa kau tahu, aku sangat bahagia saat menghabiskan waktu bersamamu. Dan bagaimana denganmu?
Aku mencintaimu. Lalu, bagaimana denganmu?
Kau bilang, "Tidak!" kau tidak mencintaiku, dan tidak akan pernah bisa mencintaiku. Bahkan di sisa waktumu yang sedikit itu, tak bisakah kau mencintaiku sedetik saja?
Iya. Tentu saja tidak bisa. Dan aku mulai lelah mencintaimu. Cinta yang tak terbalas membuat hatiku semakin melemah. Seperti seonggok kayu kering yang perlahan keropos termakan usia, terabaikan. Pasrah dalam ketidakberdayaan.
Pagi yang masih cerah, seharusnya. Kususuri jalan setapak demi setapak. Masih mencari batu nisan yang bertuliskan namamu.
.........
Comments
Post a Comment