#minicerpen
Apa ini akan jadi sia-sia?
Kamu memberikan sepotong gamis putih yang cantik. Kutanya untuk apa? Jawabmu, aku bisa memakainya nanti di saat ijab qabul.
"Haha,” kamu tertawa.
”Kan masih lama. Sekolah saja belum lulus," kataku.
”Ya nggak papa. Mumpung masih murah. Besok kan harga naik semua."
Saat itu aku tersenyum. Apa yang kupikirkan mungkin saja berbeda dengan apa yang ada di pikiranmu.
Siang ini amat panas. Kutengok hp, sepi-sepi saja. Kususuri trotoar yang menghubungkan sekolahku dengan sekolahmu. Terkadang, aku ingin mencarimu di sana. Di kerumunan siswa-siswa yang sedang bermain sepak bola. Tapi, kuurungkan niat. Buat apa?
Jadi, aku melanjutkan langkah. Sekolahmu adalah sekolah khusus putra, jadi sanga wajar jika kamu tidak memiliki banyak teman perempuan. Meski begitu, bukan berarti bahwa aku adalah wanita yang selalu kamu rindukan, iya kan?
Kupandangi hp lagi, kubaca pesan-pesanmu yang ramah. Tapi, tiga hari aku tidak memulai, kamu pun tidak muncul untuk memulai. Lantas, apa hubungan kita ini?
Kulanjutkan langkah menuju rumah. Masih dengan seragam putih abu-abu. Warna yang tidak jelas, seperti halnya hubungan kita.
Klunting
Satu pesan masuk.
”Besok minggu mau nonton Kirab Santri apa nggak?"
Aku tersenyum lagi. Senyuman yang sangat girang. Tapi di lain sisi, aku berpikir...
”Nggak ah.”
"Kenapa?"
”Lagi pingin belajar..."
”Kan ujian masih lama?"
"Maksudku, belajar memahami status hubungan kita ini.”
”//sedang menulis pesan......................."
Comments
Post a Comment